Rabu

ketika sayang tidak pernah cukup

"sayang aja ga pernah cukup!" bgtu kt mereka yg menghianati saya..selamat hari ini temans, terus bekerja & tetap berdoa

begitu yang saya tulis di status FB saya pagi ini.
dan luar biasanya yang komen adalah teman2 yang ibu2 ..

Kesimpulan yang saya dapat dari komentar2 tersebut lebih condong pada sisi material yang berbanding dengan kata sayang. Padahal jika memperhatikan, ada dua frase / susunan kalimat dengan makna terpisah disitu.

Pertama, "Sayang aja ga pernah cukup!"
Kedua, "Mereka yang menghianati..."

Katakanlah kita berasumsi sama bahwa materi menjadi pendukung utama dari 'sayang', maka pertanyaannya adalah.."apakah kemudian layak jika penghianatan terjadi?"

Dengan demikian sebuah penghianatan akan menjadi bagian dari sebuah pembenaran.
Silahkan lanjutkan pembenaran pembenaran di kepala masing2...dan bila sudah lelah, iseng deh bertanya pada hati masing2, betul inikah harga sebuah sayang? penghianatan?

dan dimanakah Tuhan saat kita bertanya pada hati?"

*senyum

Kamis

CERMIN

kembali ke tahun 2009 dan masih berlaku


Pernah tahu seperti apa rasanya orang tersiksa?
Lihat aku!
Pernah tahu seperti apa rasanya mendapat pujian?
Lihat aku!
Pengen tahu rasanya dicaci maki?
Lihat aku!
Pengen tahu rasanya bahagia?
Lihat aku!
Pernah lihat wujud kemunafikan?
Lihat aku!
Pernah mendengar aib-aib & gosip nista?
Lihat aku!
Pernah merasakan knikmatan dunia sesaat?
Lihta aku!

Dan apa yang kamu lihat saat melihat diriku itu?

Cermin?...atau...
..hanya aku..

Memindah Gunung, Mewarnai Langit


Salah satu favorit saya dari Maha Karya  "Senopati Pamungkas"

Kenapa harus memindah gunung,
Kalau hanya mencari tempat bermenung
Kenapa harus mewarnai langit
Kalau hati lagi pahit
Kenapa mengaduk tanah
Kalau perasaan lagi gundah

Biar saja air mengalir ke muara
Karena ia tahu sumbernya
Biar saja asap menemui awan
Mereka dilahirkan berdampingan...

Senopati Pamungkas1 -chapt.20

Konflik Nada

Ucapan tidak pernah berteman dengan tulisan meski berjalan beriringan, adalah tanda baca dan kecerdasan seseorang yang memisahkan dunia mereka.

Pencarian akan intonasi sering menjadikannya konflik antara ucapan dan tulisan. Dimana letak nada yang sewajarnya diwakilkan angka saat sebuah gumaman, erangan atau apapun itu bermain main dengan tanda '!' atau '?'

Contoh saya sendiri yang seringkali terjebak dalam permainan nada hardcore yang mestinya pop. Mungkin saya tidak secerdas yang saya tulis. Tapi menyalahkan situasi menjadi satu alasan tambahan pemisah ucapan dan tulisan akan menjadikan saya manusia yang lebih tidak cerdas lagi.

Dalam kaedahnya silaturahmi, bersalaman, berpelukan, cipika cipiki atau apapun asal bersentuhan setidaknya bertatapan mata langsung dianggap sudah tertinggal eranya. Teknologi hadir menjadi kepanjangan mata bagi silaturahmi.

Katakanlah saya kuno, tapi nyatannya saya juga penggemar teknologi buat kemudahan-kemudahan itu. hahahaha....

Semoga mata tetaplah selalu menatap mata saat berucap dan tidak menatap layar layar tak bernafas.

Senyum

Sebuah re-post dari berbagai blog saya yang selalu lupa password nya.

Ketaton, saya comot dari ilmu kanuragaan Senopati Pamungkas karya oom arswendo yang terkenal itu.
Banteng Ketaton = Banteng yang terluka, jadi silahkan asumsikan sendiri nama ketaton yang saya maksud untuk nama blog ini.

Saya tidak tahu kenapa tiba-tiba saya mulai ingin menulis lagi. Menumpahkan segala isi pikiran dan hati saya dalam tulisan di tempat ini. Saya sadar, saya bukan penulis yang baik. Semoga bagi siapapun yang membaca beragam isinya, hanya akan tersenyum. Saya ingin meninggalkan senyum buat orang.

Apa karena saya merasa sudah hampir waktunya saya tidur? Satu hal yang pasti, saya ingin orang lain melihat saya tidur tersenyum dan dalam tidur saya bermimpi melihat orang-orang yang melihat saya tidur juga tersenyum.

Senyum itu begitu berartinya buat saya. Senyum memancarkan berjuta arti tetapi memberikan rasa baik, bahkan bila itu yang disebut "senyum kecut", tetaplah sebuah senyum. Meski senyum seorang pendamping hidup adalah segalanya buat saya.

Setelah semua senyum itu hadir, saya akan bisa kusyu berjamaah dengan banyak orang di sebuah padang yang dihiasi langit warna keemasan.